Keagungan Allah

sky-690293_960_720Telah berderit karena begitu beratnya beban yang ditanggung oleh langit. Dan memang sepantasnya langit berderit, tidak ada padanya satu tempat pun seluas empat jari-jemari kecuali ada malaikat yang meletakkan dahinya dalam rangka sujud kepada Allah. Seandainya kita mengetahui sebagaimana Rasulullah mengetahui, maka niscaya kita akan tertawa sedikit dan akan banyak menangis. Karena ngeri dari ancaman adzab Allah yang mengejar dan menyambar, tak terhindarkan. Dan niscaya kita tidak akan berlezat-lezat dengan istri-istri kita di atas tempat tidur, hilang syahwat kita. Sehingga kita tidak mampu meneruskan keturunan kita. Dan niscaya kita akan keluar ke lapangan-lapangan beteriak-teriak minta tolong kepada Allah, karena takut kepada Allah. Begitu kata Rasulullah dalam riwayat At Tirmidzi.

Syaikh Shalih bin Abdul Aziz bin Muhammad bin Ibrahim mengatakan, hadist ini menunjukkan keagungan Allah Azza wa jalla Baca lebih lanjut

Ilmu Sebagai Komando Dakwah

 

readers-leaders

Adalah Harist, malaikat kelas VIP yang kelak menjadi iblis. Dia adalah pemimpin KOPASUSnya malaikat, komandan/ jendral para malaikat beberapa kali di tugasi oleh Allah untuk memadamkan pemberontakan dan pertumpahan darah di muka bumi oleh para jin. Dengan KasihNya, Harist diberi keistimewaan-keistimewaan oleh Allah. Pantas saja, sebab dia adalah yang paling alim (berilmu), cerdas, dan paling banyak ibadahnya. Sayangnya kemudian ia lupa diri, lupa bahwa semua keistimewaan itu berasal dari Allah. Dia merasa, “Saya memang orang hebat. Bukan karena pemberian Allah, lha memang sayanya hebat. Saya memang cerdas. Semua diberi akal oleh Allah, akan tetapi saya diberi akal oleh Allah mampu mengembangkannya. Jadi saya memang hebat, bukan karena pemberian Allah”, begitu kira-kira kata Harist. Krentek hatinya itu akhirnya berkembang dan berkembang, pikiran itu mengusasai hati, jalan pikiran, dan pandangan hidupnya. “wong saya diciptakan oleh Allah dengan bahan yang istimewa. Kalau para malaikat lainnya diciptakan dari cahaya, sedangkan saya dari ujungnya api, puncak dari panas yang murni, tidak terkena abu, bersih, api yang paling VIP.  Sejak awal saya memang diciptakan hebat”.

Akan tetapi Allahlah yang Maha Tahu, Allah mendengar setiap pikiran yang menggelayuti si Harist ini, setiap bersitan hati yang menyesaki dirinya. Maka Allah kemudian mengumpulakan para malaikat untuk mengumpulkan bahan-bahan (tanah-tanah) supaya diciptakan Adam. Sengaja oleh Allah menciptakan Adam dari tanah liat yang, basah nan bau. Ketika Harist melewati calon manusia yang mulai dibentuk menjadi kerangka manusia oleh tangan Allah sendiri kemudian Allah letakkan sesuai sunnatullah sebagai proses pengeringan, kemudian diludahi oleh Harist. Betapa baunya tanah ini bagi Harist, tidak terbanyang sama sekali bahwa tanah itulah yang kelak dinobatkan sebagai, “Khalifatullah fil Ard, wakil Allah di muka bumi”.

Sehingga tatkala Allah usai meniupkan ruh padanya, jadilah sesosok Adam yang padahal Harist tahu betul asal-muasalnya, lha kok ternyata ada pengumuman dari Allah, “inni ja’ilun fil ardhi khalifah, Sesungguhnya Aku hedak menjadikannya sebagai seorang khalifah di muka bumi”. Terkejutlah bukan kepalang Harist, “lhooo… keputusan macam apa ini? Aku yang hebat, bukan dia! Aku sehebat-sehebat dari bahan yang paling top. Akan tetapi yang dipilih kok malah bahan rendahan (tanah) yang bau itu?. Keputusan apa ini!”. Iblis menggunakan pikiran demokratisme yang pertama kali, selaku pengagas dia dihadapan Allah menunjukkan HAM, kebebasan berpendapat dan berbicara dihadapan Allah sekalipun.

Lebih stres lagi Harist, ketika ada perintah dari Allah agar disuruh sujud kepada Adam, makhluk yang diangap bau dan rendahan oleh dirinya. “Lho… saya disuruh sujud? Pada makhluk bau kayak gitu?” Baca lebih lanjut

Khutbah Gerhana Matahari – Ja’far Umar Thalib

12993387_1042372569158766_9159632102518674304_n

Ustadz Ja’far Umar Thalib (mantan Panglima Laskar Jihad) berkunjung ke Fadli Zon Library (12/4/2016).

Gerhana dalam istilah hadist ialah khusuf. Gerhana Matahari disebut khusuf, pun gerhana bulan juga disebut khusuf. Gerhana-gerhana ini adalaha “ayatul min ayatollah, tanda-tanda daripada anda keagungan Allah”. Bukanlah gerhana ini karena kematian seseorang atau kelahiran seseorang. Bukan pula gerhana ini disebabkan karena adanya Buto Ijo yang mau makan matahari atau mau makan bulan, karena itu dibikinlah tetabuhan, bunyi-bunyian (festival) supaya Buto Ijo tersebut tidak jadi memakan bulan ataupun matahari. Khurofat seperti ini dikembangkan di kalangan orang-orang animisme, yang sayangnya pada hari ini pemerintah kita dalam rangka menjalankan program utamanya yaitu deislamisasi (penyingkiran Islam), mereka (pemerintah) mengeluarkan dana dari APBD masing-masing untuk membikin festival budaya memperingati  gerhana (agar Buto Ijo tidak jadi “ngemplok” matahari atau bulan). Begitulah Baca lebih lanjut

Membongkar Kesesatan Syiah

Membongkar Kesesatan Syiah- Ust. Ja'far Umar ThalibSyi’ah secara bahasa artinya adalah pengikut. Penganut agama ini menamakan diri dengan Syi’ah karena mereka mengaku sebagai pengikut Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu dan pengikut Ahlul Bait. Akan tetapi, jauh panggang dari api, pengakuan mereka sebagai pengikut Ali bin Abi Thalib dan pengikut Ahlul Bait adalah dusta belaka. Pengakuan mereka ini hanyalah tipu daya dalam rangka merusak Islam dan Muslimin.

Bila kita menelisik sejarah terjadinya agama Syi’ah, kita akan tahu bahwa agama ini terbentuk dari intrik-intrik dendam Yahudi dan Majusi Persia terhadap Islam dan Muslimin. Dimana Yahudi menyimpan dendam terhadap Islam, karena mereka tersingkir supremasinya dari masyarakat Arab setelah datangnya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa aalihi wasallam dengan membawa Islam dari Allah Ta’ala. Yahudi akhirnya diusir dari jazirah Arab karena wasiat dari Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa aalihi wasallam. Demikian pula Majusi Persia mempunyai perasaan dendam kepada Islam karena kerajaan mereka dihancurkan oleh tentara Islam di zaman pemerintahan Umar bin Al Khattab.

Audio : Ust. Ja’far Umar Thalib – Membongkar Kesesatan Syiah

Niat & Riya

shalat-rawatib1Ibnu Hajar menyatakan: “Riya’ ialah menampakkan ibadah dengan tujuan agar dilihat manusia, lalu mereka memuji pelaku amal tersebut, Adapun sum’ah sama dengan riya’ Akan tetapi ia berhubungan dengan indera pendengaran (telinga) sedangkan riya’ berkaitan dengan indera penglihatan (mata).”
Adalah sebuah keniscayaan apabila niat untuk melakukan amalan sholeh, manusia terkadan niat sholeh itu tercampur dengan riya. Ibnu Rajab Al Hambali mengatakan : “Bila amalan sholeh semata-mata dilakukan hanya untuk riya (dilihat orang), maka yang demikian itu tidak pernah, tidak mungkin muncul dari seorang mukmin di dalam melaksanakan kewajiban sholat dan puasa.”, maka yang sholat dan puasa semata-mata untuk manusia adalah kaum munafik saja, bukan seorang muslim. Mari kita renungkan bagaimana niat kita selama ini…

Bagaimana kelanjutan mengenai niat yang tercampur riya dalam beramal sholeh lainnya seperti sedekah, jihad, ataupun haji sebab pasti seseorang memilik perasaan yang semacam itu, bagaimana solusi dan pandangan Islam
, untuk itu silahkan simak:
Ust. Ja’far Umar Thalib – Niat & Riya | 20Mb

Ketika Berbangkit Untuk Dihisab

Sesungguhnya makhluk yang pertama kali diadili oleh Allah Ta’ala adalah binatang, bukan manusia ataupun jin. Allah Ta’ala berfirman:

وَإِذَا الْوُحُوْشُ حُشِرَتْ (5)

“Dan apabila binatang-binatang liar dikumpulkan.” (QS. At-Takwir: 5), yakni dikumpulkan di hari Kiamat untuk diadili.

وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي اْلأَرْضِ وَلاَ طَائِرٍ يَطِيْرُ بِجَنَاحَيْهِ إِلاَّ أُمَمٌ أَمْثَالُكُمْ مَا فَرَّطْنَا فِي الْكِتَابِ مِنْ شَيْءٍ ثُمَّ إِلَى رَبِّهِمْ يُحْشَرُوْنَ (38)

la“Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat-umat (juga) sepertimu. Tiadalah Kami lupakan sesuatu apapun di dalam Al-Kitab kemudian kepada Rabb-lah mereka dihimpunkan.” (QS. Al-An’aam: 38)

Syaikh Muhammad bin Sholih al-‘Utsaimin rahimahullah mengatakan, “Pada hari Kiamat kelak, seluruh binatang akan dikumpulkan, sedangkan manusia menyaksikannya. Kemudian binatang-binatang itu diadili, sehingga Baca lebih lanjut

Kepastian Nasib Dari Yang Memiliki Nasib

qqquSeorang muslim diberi oleh Allah hidayah untuk beriman kepada Islam. Allah telah memberikan kepada mereka ajaran agama yang segala sesuatunya serba “Pasti”, pasti dari Allah. Nama agama Islam juga berasal dari Allah, nama kaumnya (muslimin) juga pemberian dari Allah, semuanya serba dari Allah. Dan Islam memiliki dasar agama yang pasti, yakni Al-Qur’an dan Sunnah yang ini juga berasal dari Allah. Al-qur’an adalah satu-satunya kitab suci yang bersifat menantang kepada seluruh makhluk baik jin ataupun manusia  yang ragu terhadapnya dari berbagai disiplin ilmu.

وَإِن كُنتُمْ فِى رَيْبٍ مِّمَّا نَزَّلْنَا عَلَىٰ عَبْدِنَا فَأْتُوا۟ بِسُورَةٍ مِّن مِّثْلِهِۦ وَٱدْعُوا۟ شُهَدَآءَكُم مِّن دُونِ ٱللَّهِ إِن كُنتُمْ صَٰدِقِينَ
Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.
(QS: Al-Baqarah Ayat: 23)
Inilah Al-Qur’an satu-satunya kitab yang sejak awal sudah memberikan kepastiannya Baca lebih lanjut

Dzat Sifat Allah

Pengkabaran dari Allah maupun Rasulullah bahwa Allah punya tangan, Allah punya betis, Allah punya mata, Allah punya kaki, dll ini adalah yang dimaksud sebagai sifat Dzatiyah Allah. Sedang Allah melihat, mendengar, Allah datang dihari kiamat, Allah merahmati, Allah mengazab, Allah murka, dll itu adalah yang dimaksud dengan sifat  Fi’liyah.

Baik sifat Dzatiyah maupun Fi’liyah Allah tidaklah bisa dibayangkan, digambarkan, diqiyaskan, di serupakan dengan sifat-sifat makhluk Allah baik perbuatan ataupun dzat makhluk.Karena kesempurnaan sifat-sifat Allah itu tidaklah terhingga, tidak terbatas dan tidak ada yang serupa denganNYA

لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ البَصِيرُrealisasi-tauhid

“Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya, dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. Asy-Syuura: 11)

وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُوًا أَحَدٌ

Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia (Qs. Al-Ikhlas: 4)

Syaikh Abdurrahman bin Naashir As-Sa’di rahimahullah mengatakan Baca lebih lanjut

Cara Berfikir Yaang Benar

EvolutionManusia dikaruniai oleh Allah dua potensi atau dua kecenderungan. Yang pertama ialah bahwa manusia berpotensi menjadi makhluk yang mulia bahkan lebih mulia daripada malaikat. Kita berasal dari bibit yang hebat dan unggulan. Kita berasal dari satu ayah yaitu Adam As yang ketika ia diciptakan Allah tempatkan ia sebagai makhluk yang paling mulia diantara makhluk-makluk ciptaan-Nya sehingga Allah perintahkan makhluk langit bahkan sekelas malaikat pun diperintah untuk sujud hormat kepada manusia pertama itu. Artinya kedudukan manusia itu pada hakikatnya ialah lebih tinggi dari pada malaikat, seluruh malaikat.

Yang kedua ialah bahwa manusia berpotensi menjadi makhluk yang rendah bahkan lebih rendah  daripada binatang. Allah telah memberikan peringatan melalui firman-Nya, “sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya” (Qs. At Tin: 4-5).
Inilah bukti otentik yang menunjukkah bahwa di dalam diri manusia juga terdapat hawa nafsu kebinatangan yang berpotensi menyeret manusia kedalam lembah kehinaan.

Maka Allah Yang Maha Pencipta itu ialah Dzat yang paling mengerti tentang tabiat manusia. Sungguh Allah itu Maha Pemurah lagi Bijaksana, Allah dengan RahmatNya menurunkan Dinnul Islam kepada segenap manusia sesungguhnya tujuannya ialah untuk Baca lebih lanjut

BUAH BERIMAN PADA QADA’ DAN QADAR

Ustadz Ja'far Umar Thalib

Ustadz Ja’far Umar Thalib

Point ke-4 yang di tulis oleh Syaikh Soleh Fauzan bin Fauzan dalam kitabnya adalah buah tentang beriman kepada takdir qada dan qadar. Hal itu mampu merubah ujian yang menimpa dirinya menjadi anugrah, dan akan merubah musibah-musibah yang menimpa si mukmin menjadi pahala. Karena dengan musibah itu seorang muslim yang yakin bahwa Allah menakdirkan hal itu adalah pasti adalah untuk kebaikan dirinya, pasti lebih baik, dan dengan musibah itu mereka meyakini Allah menggugurkan dosa-dosa, mendidik kita, dan mendewasakan dirinya sendiri. Semua manfaat itu akan dirasakan oleh seorang muslim hanya bila ia menyakini Al-Qada dan Al-Qadar.

Allah menakdirkan musibah untuk menganugrahkan kesucian bagi yang menerima musibah. Dan dengan beriman kepada takdir, musibah-musibah itu berubah menjadi pahala. Pahala atas kesabarannya, sehingga Allah dengan musibah itu semakin mencintai hambanya akibat musibah yang ditimpakanNya kepada mukmin tersebut. Itu semua karena si mukmin beriman kepada takdir dengan cara yang benar. Karena beriman kepada taakdir akhirnya kita senantiasa Husnudzon kepada Allah, menerima dengan senang hari dan sukarela atas apa-apa yang diberikan kepadanya oleh Allah. sebagaimana yang difirmankan :

(11). مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ الَّهِ ۗوَمَنْ يُؤْمِنْ بِالَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ ۚوَالَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
Tidak ada sesuatu musibahpun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

Seorang mukmin yang ditimpa oleh suatu musibah sehingga dia tau bahwa musibah itu datangnya dari Allah. Maka dia ridho dan tunduk berserah kepada Allah dan apa yang ditakdirkan Allah. Sesungguhnya musibah itu ditakdirkan oleh Allah dengan kesempurnaan takdirNya dengan kesempurnaan keadilanNya. Sehingga orang yang beriman kepada takdir memahami bahwa musibah ini adalah peristiwa yang adalah keput Baca lebih lanjut