Be Extra Ordinary Student (Menjadi Siswa yang Luar Biasa)

Catatan Minggu Pagi: Katakan pada Anak Muda* (oleh Nopriadi Hermani)

Suatu saat saya bertanya kepada mahasiswa di depan kelas tentang masa remaja, “Setujukah Anda dengan pernyataan bahwa masa remaja adalah masa pencarian jati diri?” Sebagian besar menyatakan setuju dengan pernyataan itu. Saya 11060893_858127814251900_3381276365518637882_nulangi lagi dengan pertanyaan yang sama. Jawaban mereka semakin mantap. Kemudian saya ulangi lagi bertanya dengan pertanyaan yang sama. Maka terdengar koor suara mereka yang semakin lantang. Sempurna sudah persetujuan mereka. Mereka semua berasumsi bahwa masa remaja adalah masa-masa mencari jati diri.

Bagaimanakah dengan Anda? Bila Anda masih single, terutama anak muda, setujukah Anda? Bila Anda sudah berkeluarga, terutama yang punya anak, apakah Anda juga setuju bahwa masa remaja anak-anak Anda kelak adalah masa-masa mencari jati diri?

Di dalam kelas agama itu saya menyatakan bahwa pernyataan itu salah. Sambil guyon saya mengatakan bahwa pernyataan ‘masa remaja adalah masa mencari jati diri’ adalah benar untuk remaja yang bermasalah. Benar untuk remaja yang terlambat menemukannya. Mengapa?

Kemudian saya bercerita pada mereka tentang sejarah anak muda. Soekarno, presiden pertama Indonesia, aktif menjadi anggota Jong Java (lebih tepatnya cabang Surabaya) pada usia 14 tahun. Pada usia itu dia sudah mampu berpidato di depan forum. Dia sudah menyampaikan gagasan atau pemikirannya. Kemudian Mohammad Hatta. Pada usia sekolah dia aktif di Jong Sumatera. Dia telah aktif Baca lebih lanjut

Perbandingan Ideologi

Ideologi adalah suatu keyakinan dasar yang bersifat rasional, yang kemudian melahirkan sistem atau sekumpulan peraturan hidup. Jadi, secara sederhana ideologi dapat diartikan sebagai suatu keyakinan dasar yang mensyaratkan memiliki ide (fikrah) dan metode penerapan ide tersebut (thariqah).

Perbedaan 3 Ideologi di Dunia - Front CoverJika mengamati perubahan yang terjadi di berbagai belahan dunia, maka hal itu tidak terlepas dari perbedaan tingkat pemikiran manusia saat itu. Konflik antarmanusia, antarsuku, antarbangsa, ataupun antaragama adalah hal yang wajar tejadi dilihat dari keragaman pemikiran yang berkembang di dalam masyarakat. Namun, dari berbagai perubahan yang terjadi, adalah perbedaan ideologilah yang banyak mempengaruhi perbedaan yang meniscayakan benturan-benturan tersebut. Terjadinya Perang Dingin antara Blok Barat (kapitalis) dan Blok Timur (sosialis) yang melibatkan sejumlah negara selama bertahun-tahun menunjukkan bukti tersebut.

Selain kedua ideologi tersebut, masih ada sebuah ideologi lagi yang pernah menguasai dunia, yaitu ideologi Islam. Sebagai sebuah ideologi, Islam pernah berjaya sebagaimana Amerika dengan ideologi kapitalisnya di saat sekarang ini. Bahkan Islam menguasai jauh berlipat-lipat rentang waktunya hingga selama 13 abad lamanya, dari masa Rasulullah hingga masa runtuhnya Kekhilafahan Turki Utsmani (otoman) hingga awal abad kedua puluh satu ini, ideologi Islam tidak pernah lagi Baca lebih lanjut

Kegagalan Manusia Menata Peradaban

Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).

—     TQS. Ar-Rum: 41 

1379610_861910137183200_524448291833541520_nAnda tentu masih ingat dengan the days of ignorance (zaman jahiliah) di jazirah Arab. Saat itu manusia hidup dengan hukum dan budaya jahiliah (kebodohan). Berbagai kerusakan menjadi bagian kehidupan manusia. Seorang ayah merasa malu bila memiliki anak perempuan. Sebagian dari mereka tega membunuh anak sendiri sebelum beranjak dewasa. Moralitas juga hancur. Pelacuran tumbuh subur. Tidak hanya pelacuran, sebagian suami malah merelakan istrinya digauli laki-laki lain demi perbaikan keturunan. Perbudakan terhadap manusia juga jauh dari perikemanusiaan. Zina, riba, dan minuman memabukkan tampak secara nyata dalam kehidupan. Zaman kebodohan ini beranjak pergi setelah manusia diatur dengan aturan Ilahi yang berasal dari Al-Khaliq. Muhammad saw. dan pengikutnya membawa perubahan di jazirah Arab dan sekitarnya dengan me-landing-kan Islam.

Dunia juga mengenal the dark ages (zaman kegelapan) di abad pertengahan Eropa. Saat itu doktrin gereja dan otoritas absolut penguasa mengatur manusia dengan kekuasaan represif. Gereja dan raja berkolaborasi mengatur manusia. Semboyan L’etat c’est Mo (negara adalah saya) begitu terasa di tengah kehidupan masyarakat. Raja diposisikan sebagai wakil Tuhan di muka bumi dan gereja memberi legitimasinya. Itulah kekuasaan teokrasi. Hasilnya? Manusia hidup tertindas di bawah kekuasaan despotik dan represif. Kebenaran harus tunduk di bawah doktrin gereja dan raja. Ilmu pengetahuan dianggap bid`ah dan korbannya adalah para ilmuwan yang mengemukakan kebenaran saintifik. Manusia hidup tertekan dan terpasung dengan doktrin-doktrin yang dipaksakan. Penindasan terjadi di mana-mana, termasuk penindasan terhadap kebenaran. Suara kebenaran dipasung dan banyak yang mati di tiang gantungan, salah satunya penyuara teori heliosentris, Copernicus.

The dark ages berakhir dengan perjuangan ilmuwan dan intelektual di abad kegelapan Eropa melahirkan abad pencerahan, the age of enlightenment. Ini terjadi sekitar abad ke-18 M. Mereka bersemangat melakukan revisi atas kepercayaan-kepercayaan tradisional dari berbagai aspek, terutama terkait falsafah soverignity, kedaulatan. Kedaulatan tidak lagi ditangan raja atau biarawan, tapi di tangan rakyat (demokrasi). Suara rakyat adalah suara Tuhan menggeser pandangan raja sebagai wakil Tuhan.  Benturan keras antara prinsip gereja dengan kegelisahan intelektual melahirkan kompromi berupa ide sekulerisme. Sekulerisme ini adalah paham yang memisahkan agama dari urusan publik. Artinya, agama boleh saja ada tapi tidak boleh dibawa-bawa masuk ke ranah negara dan masyarakat. Agama haram mengatur wilayah politik, ekonomi, hukum, sosial, dan masalah publik lainnya. Karena ekonomi merupakan aspek yang paling dominan dari sekulerisme, maka kemudian faham ini juga dinamakan Kapitalisme. Ideologi Kapitalisme inilah yang kemudian melahirkan Impreialism Era, zaman penjajahan.

Sekarang kita hidup di era dengan wajah yang agak berbeda. Sekulerisme atau Kapitalisme semakin mengglobal. Imperialisme masih mewarnai dunia dengan wajah baru (new imperialism). Saya telah memberi gelar untuk zaman kita hari ini dengan gelar  Baca lebih lanjut

Perubahan Hakiki, Perubahan Sistemik

Masih banyak rakyat di negeri ini yang menganggap dan menaruh harapan besar bilamana ada pergantian kepemimpinan / presiden nantinya akan membawa perubahan yang lebih baik bagi negrinya. Padahal sistem yang mereka pakai adalah sistem demokrasi liberal, sistem yang memang sudah cacat sejak lahir. Kalau dahulu presiden pertama kita Ir Sukarno pernah berkata “go to hell for liberalism !”, bahkan dari sumbernya sendiri demokrasi ini mendapat kecaman tentang bobroknya sistem ini oleh filusuf sekelas Plato, maupun Aristoteles. Anehnya di era yang sekarang ini kita sebagai rakyat Indonesia yang mayoritas muslim menaruh harapan terhadap sistem ini. Sistem ini adalah sebuah bentuk kedzoliman yang menjanjikan sebuah kesenjangan, yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin.

lubrication-oil-gear-21026-2498361Ibaratkan dalam sebuah perlombaan antara Indonesia dengan negeri-negeri maju semacam Amerika dan sekutunya dimana kesenjangan sudah begitu jauh.  Ditambah lagi ternyata tim negara maju ini adalahsatu-satunya oknum yang berwenang dalam membuat aturan dalam perlombaan tersebut. Indonesia diberi kendaraan sepeda gunung, sedangkan tim negara maju tersebut menaiki mobil balap. Maka bagaimana pun usaha Indonesia dalam menyusul mereka tetap saja hanya menghasilkan keterpurukan. Maka langkah yang nyata ialah mengganti kendaraannya bukan mengganti pengemudinya. Sebagaimana langkah yang paling nyata demi kemajuan Indonesia adalah mengganti sistemnya bukan mengganti pemimpinnya. Karena percuma saja bila pemimpinnya sebaik apapun bila sistemnya tetap sama maka hasilnya pun tak akan jauh berbeda.

Kita ini adalah umat yang canggih, umat yang disebut-sebut Baca lebih lanjut

Fiqih Demokrasi

Demokrasi sudah menjadi paham atau sistem politik yang mendunia, termasuk di dunia Islam. Hampir semua negara-negara di dunia ini, mayoritas dari mereka menggunakan sistem ini dan bisa dikatakan bagi negara-negara Islam yang tidak menggunakan sistem demokrasi ini tidaklah utuh, tidaklah tunggal, atau paripurna dalam menggunakan sistem politik selain demokrasi.uploads--1--2013--12--50688-ismail-yusanto-pks-tak-jauh-beda-dengan-partai-sekulerDalam artian masih banyak ruang bagi mereka untuk terkena pengaruh dari nilai-nilai sistem demokrasi ini.

Setidaknya ada tiga pandangan, kelompok sikap berbeda dari umat Islam ketika berhadapan dengan demokrasi :
1. Mengatakan bahwa tidak ada masalah sama sekali dalam demokrasi, sebab inti dari demokrasi adalah agama Islam. Bahkan ada istilah “Tuhan pun Maha Demokratis”.

  1. Mengatakan bahwa demokrasi sama sekali tidak sesuai dengan ajaran Islam, Islam adalah Islam, demokrasi adalah demokrasi. Bahkan mereka mengatakan Islam dan demokrasi ini bertentangan 180°.
  2. Mengatakan bahwa memang demokrasi bukan berasal dari Islam, akan tetapi Islam bisa memberikan sumbangan nilai-nilai terhadap demokrasi. Sehingga yang terjadi ialah bukanlah demokrasi yang berkembang menjadi demokrasi yang liberal melainkan ia akan berkembang menjadi demokrasi yang Islami atau demokrasi yang religius.

Bagaimana cara menilai ketika kelompok sikap ini? Manakah yang benar ?

Sahabat sekalian masalah ini sesungguhnya bermula dari perbedaan cara Baca lebih lanjut

SIKAP CINTA TERHADAP KAFIR

Ustad Ja'far Umar Thalib

Ustad Ja’far Umar Thalib

Sesungguhnya hukum asalnya sikap seorang muslim ialah sebagaimana yang Allah SWT jelaskan dalam surat Al-Maidah : 54, “Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah  karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui”.

Salah satu sub bab yang dibahas oleh Ustad Ja’far Umar Thalib pada kesempatan kali ini ialah terkait sikap cinta kepada orang kafir ialah wala’ atau loyal kepada orang kafir, diantaranya : membantu orang-orang kafir dalam memerangi kaum muslimin, menyanjung-nyanjung orang kafir, meminta tolong kepada mereka selain dalam keadaan darurat, memberikan jabatan kepada mereka, dan membela mereka. Sikap-sikap yang demikian inilah (na’udzubillah) merupakan pembatal-pembatal Islam, serta merupakan sebab-sebab kemurtadan seorang muslim dari Baca lebih lanjut

Pengantar Orimik (Orientalisme, Missionaris, & Kolonialisme)

Para peneliti Islam mendefinisikan orientalisme dengan penelitan atau kajian akademi yang dilakukan non Muslimin dari non Arab baik dari negara timur (asia) ataupun barat terhadap aqidah, syariat, bahasa dan peradaban Islam dengan tujuan membuat keraguan pada agama yang lurus ini dan menjauhkan manusia darinya.

Dengan demikian orientalis (al-mustasyriqun) adalah istilah umum mencangkup kelompok-kelompok non Arab yang bekerja di medan penelitian ilmu ketimuran secara umum dan Islam secara khusus. Tujuan mereka bukanlah untuk pengetahuan dan pendidikan, akan tetapi tujuannya adalah membuat dan menebar keraguan pada kaum Muslimin terhadap agama mereka. Sehingga kalau kita perhatikan misalnya penelitian mereka seputar Al-Qur’an pasti kita akan dapati kerancuan dan upaya keraguan. Kalaupun tidak ada lafadz yang menujukkan hal itu dengan terang-terangan, tapi mesti mereka menggunakan ibarat yang samar dan dapat mengakibatkan keraguan.

Presiden SBY ketika menerima pengharaggan sebagai Ksatria Salib Agung

Presiden SBY ketika menerima pengharaggan sebagai Ksatria Salib Agung

Para peneliti berbeda pendapat tentang sejarah permulaan orientalisme ini, namun secara resmi dimulai dari terbitnya ketetapan Majma’ (konferensi) gereja Viena pada tahun 1312 H dengan membentuk sejumlah lembaga penelitian bahasa Arab di sejumlah universita Eropa. Oleh karena itu ahli sejarah hampir sepakan bahwa abad ke-13 adalah permulaan orientalis bersifat resmi.

Sejak itu, mereka tidak berhenti mempelajari Islam dan bahasa Arab dan menterjemahkan kitab-kitab berbahasa Arab dan sastranya hingga abad ke-18 M. Ternyata sejumlah pakar barat muncul sebagai orientalis dan menerbitkan majalah-majaalah di seluruh kerajaan dan negara Eropa. Mereka mencari manuskrip-manuskrip yang kurang mengerti atau mencurinya dari perpustakaan umum. Mereka memindahkannya ke negara dan perpustakaan umum. Mereka memindahkannya ke negara dan perpustakaan mereka. Akhirnya sejumlah besar manuskrip berbahasa Arab yang langka pindah ke perpustakaan Eropa hingga pada awal abad ke-19 M didapati 250.000 jilid dan ini terus Baca lebih lanjut

Misi Kristenisasai Dan Misionaris

10347164_772036892840395_2351349829590807841_n
Betapa miris dan masih banyak lagi tatkala Islam ditukarkam dengan sekarung beras atau dengan sekardus indomie lalu mereka berbondong-bondong mamasuki agama nasrani dan misi kritenisasi sekali lagi sukses. Tidakkah kaum muslimin menyadari bahwa Islam itu lebuh berharga dari dunia dan seisinya ?

Sampai itu saja misi kristenisasi ? ternyata tidak. Salah satu misi yang tidak kita sadari adalah walau kita muslim dan enggan berpindah agama. Maka dia tetap akan dikatakan berhasil dkritenisasikan.
Bila ia Islam tp tidak berpemikiran islam,
Bila ia Islam tapi mencintai dunia..
Bila ia Islam tapi tidak berhukum dengan hukum Islam..
Bila ia Islam tetapi hidup di bahah aturan mereka..

Masih banyak lagi strategi yang tdak banyak kita ketahui. Tanpa sadar kita turut Baca lebih lanjut

KIP Yogyakarta – Indonesia Milik Allah, Saatnya Khilafah Menggantikan Demokrasi dan Sistem Ekonomi Liberal

Grand Pasifik Hall, Yo10390937_263553773828028_9025988405273665085_ngyakarta – Bersamaan dengan suasana Isra’ Mi’raj dan momentum 90 tahun runtuhnya khilafah, sekaligus mengingatkan umat Islam akan kewajiban menegakkan Khilafah dan memberi kabar gembira akan hadirnya kembali Khilafah Islam dalam waktu dekat, Insyaallah. Maka Hizbut tahrir  menggelar agenda akbar yaitu : Konfensi Islam dan Peradaban 1435H dengan tema “Indonesia Milik Allah, Saatnya Khilafah Menggantikan Demokrasi dan Sitem Ekonomi Liberal”. Acara ini diselenggarakan di 70 kota di seluruh Indonesia pada 27 Mei – 1 Juni 2014, termasuk yang telah teselenggara di kota Yogyakarta 27Mei lalu. Dengan Tujuan :

1. Mengingatkan umat Islam, khususnya di Indonesia akan bahaya demokrasi dan sistem ekonomi liberal yang telah menyeret Indonesia dalam berbagai krisis.
2. Memberi alternative agar Indonesia lebih baik dengan Syariah dan Khilafah.
3. Mengajak kaum muslimin untuk mengambil bagian dalam menyongsong perubahan besar dunia menuju Khilafah.

Setidaknya sekitar 5000 ribu lebih kaum muslimin Yogyakata menghadiri agenda yang di gelar oleh Hizbut Tahrir Indonesia ini. Hal ini mudah-mudahan menjadi tanda bahwa masyarakat telah merindukan sistem yang bermana Khilafah Islamiyah. Makin tumbuh kesadaran umum bahwa kita masih dijajah. Penguasaan alam di negeri ini oleh asing sangat jelas, namun penguasa menjadi kaki tangan kelangsungan perusahaan tersebut dan mengorbankan rakyat. Tidak ada pengaruh atas perubahan pemimpin. Kejahatan negara korporasi ini disebabkan demokrasi dan ekonomi kapitalisme.

Dibuka dengan sambutan dari Ustad Yusuf Mustaqiem S.Kom.I. Hadir sebagai pembicara adalah Ustad M.Rosyid Supriyadi M.SI memaparkan dengan tema “Demokrasi Sistem Rusak dan Menghasilkan Kerusakan”, Ustad Dwi Chondro Triono Ph.D memaparkan dengan meterinya “Sistem Ekonomi Liberal dan Demokrasi; Dari Korporasi, Oleh Koprorasi, dan Untuk Korporasi” kemudian Ustad M.Rahmad Kurnia (DPP HTI) dengan Pidato Politiknya yang berapi-api.

Demokrasi Sumber Kerusakan

Kedaulatan ada di tangan rakyat, itulah pilar utama demokrasi. Sekilas kalimat itu terasa begitu merakyat dan indah didengar. Namun dibalik kalimat indah tersebut demokrasi mengandung racun yang sangat mematikan bagi kehidupan umat manusia di seluruh dunia.
Kedaulatan rakyat di tangan rakyat meniscayakan bahwa hak legislatif atau hak membuat hukum perundang-undangan ada di tangan (wakil-wakil) rakyat, tanpa memandang apakah keputusan-keputusan yang dibuat itu sesuai atau bertentangan dengan hukum Allah SWT dan Rasulullah SAW. “Suara rakyat suara tuhan”, demikian jargon dalam demokrasil Inilah ppangkal dari berbagai malapetaka yang terjadi di seluruh Negara dunia, termasuk Indonesia. Baca lebih lanjut

Pemilu Menurut Pandangan Salaf

gusdur_wpap_by_ekokoeoke-d7f7bwaBila tokoh besar negeri ini pernah menegaskan bahwa demokrasi adalah suatu kewajiban bangi kaum muslimin di Indonesia. Nah, seolah besepakat dan membenarkan atas perkara ini MUI pada 2014 mengeluarkan fatwanya yang mengharamkan bagi siapa yang golput / tidak turut serta dalam pesta demokrasi.

Dikutip dari naskahnya, fatwa itu berbunyi sebagai berikut:
  1. Pemilihan umum dalam pandangan Islam adalah upaya untuk memilih pemimpin atau wakil yang memenuhi syarat-syarat ideal bagi terwujudnya cita-cita bersama sesuai dengan aspirasi umat dan kepentingan bangsa.
  2. Memilih pemimpin dalam Islam adalah kewajiban untuk menegakkan imamahdan imarah dalam kehidupan bersama.
  3. Imamah dan imarah dalam Islam menghajatkan syarat-syarat sesuai dengan ketentuan agama agar terwujud kemashlahatan dalam masyarakat.
  4. Memilih pemimpin yang beriman dan bertakwa, jujur (siddiq), terpercaya (amanah), aktif dan aspiratif (tabligh), mempunyai kemampuan (fathonah), dan memperjuangkan kepentingan umat Islam hukumnya adalah wajib.
  5. Memilih pemimpin yang tidak memenuhi syarat-syarat sebagaimana disebutkan dalam butir 1 (satu) atau tidak memilih sama sekali padahal ada calon yang memenuhi syarat hukumnya adalah haram.

Selanjutnya fatwa ini diikuti dengan dua rekomendasi, yakni: (1) Umat Islam dianjurkan untuk memilih pemimpin dan wakil-wakilnya yang mengemban tugasamar makruf nahi munkar; (2) Pemerintah dan penyelenggara pemilu perlu meningkatkan sosialisasi penyelenggaraan pemilu agar partisipasi masyarakat dapat meningkat, sehingga hak masyarakat terpenuhi.

Banyak pro-kontra yang terjadi diantara kaum muslimin setelah keluar keputusan ini. Ada yang berpendapat haramnya mengikuti pemilu karena pemilu tidaklah diajarkan Rasulullah, karena pemilu tidak memakai hukum islam, dsb. Ada yang berpendapat bawha ini adalah sebuah kaidah yang wajib agar tehindar dari kemudhorotan yang lebih besar, karena mendesak dan terpaksa, karena untuk menghidari agar kaum kafir (non muslim) memimpin. Namun sebagai alternatif untuk mengkoresinya adalah dengan bertanya. Bagaimana pemahaman para salaf, sahabat, tabi’in, tabiut-tabi’in, mengenai pemilu dan demokrasi ? benarkah demokrasi adalah nama lain dari syuro yang di firmankan oleh Allah ? bagaimana sikap kita menaggapi pro-kontra ini ?

Bersama Ustad Ja’far Umar Thalib (pembawa gerakan salafi di Indonesia) akan mengulas tuntas menganai perkara ini. Insyaallah barokah.. langsung saja deh agan-agan klik link berikut :
Pemilu menurut pandangan salaf.mp3 | 28mnt | 7mb